Posts

Cowok Cantik Part 17

Cowok Cantik Part 17 “Gw gk tahu kalau lo sebejat ini San.” Itu kata-katanya. Laki-laki di seberang sana.. dan aku baru sadar, bahwa dia adalah Rama. Rama berlari ke luar dan aku ambruk ke lantai. Heri tidak sempat melihat ku karena dia pergi mengejar Rama. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin Rama akan sangat membenci aku dan sampai membocorkan tentang kami ke semua orang. Atau dia hanya akan pergi meninggalkan kami dengan menyimpan semua ini sebagai rahasianya sendiri. Aku harap ada yang lebih baik dari itu. “Ini salah ku sayang. Rama udah pergi.” Ucap Heri setelah kembali mengejar Rama. Aku tak berkata apapun. Ini juga salah ku. Tak mungkin ini terjadi kalau aku menyadarkan diri ku sebelum Rama datang. Hari berlalu. Gk ada kabar tentang Rama. Kami pergi ke rumahnya, tapi gk pernah ada yang nyahut. Mau loncat pagar, pagarnya ketinggian. Banyak satpam juga yang bakal ngeliat. Satpamnya ditanyain, gk ada yang tahu. Kita coba tanya ke teman-teman sekelasnya, gk ad

Cowok Cantik Part 16

Cowok Cantik Part 16 Setelah pertemuan siang tadi, aku sama Caca terus chattingan. Kita ngebahas gimana caranya buat jelasin ke dua nyokap bahwa kita ini gk saling suka. Masalahnya, nyokapnya Caca gk setuju sama hubungan Caca dengan Dika. Jadi mereka lanjutin dengan Backstreet. Sementara aku, gk mungkin buka-bukaan bahwa aku lagi pacaran sama Heri. So, inti masalahnya sekarang bukan pada bagaimana membuat mereka mengerti bahwa kami tidak saling cinta, tapi bagaimana membuat mereka menerima apa yang kami rasakan. Jadi untuk ke depannya gk akan ada lagi backstreet dan pemaksaan kehendak. Yap, menurut ku dicomblangin seperti ini sama saja dengan pemaksaan kehendak secara tidak sadar. Akhirnya hari pun berlalu. Aku minta Caca sama Dika nungguin aku di kantin sekolah buat ngomongin masalah percomblangan itu. Dan sengaja aku gk bawa Heri karena takut mereka curiga. Kok bisa aku tiba-tiba dekat sama Heri? Kan bisa berabe. “Hey..” ucap ku menyapa mereka. “Hay..” balas Caca dan Dika ha

Cowok Cantik Part 15

Cowok Cantik Part 15 Rama terlihat terkejut. Dia baru saja mendengar pengakuan dari orang yang disukainya. Pengakuan yang mematahkan hati dan cintanya. “Gw, minta maaf Ram. Awalnya gw juga gk ngerti kenapa bisa begini. Tapi gw sadar, kalau gw udah jatuh cinta sama Heri. Mungkin Lo nganggap gw ini munafik. Gw udah ngehina lo, tapi ujungnya gw juga jatuh cinta sama cowok. Karena itu gw minta maaf.” Ucapku tidak karuan. Sebab ekspresi Rama sangat tidak bisa aku baca. Apakah dia marah atau apa. “Ram?” panggil ku khawatir. “Tapi kenapa Lu harus minta maaf ke gw? Kenapa kemarin Lu datang ke gw? Dan kenapa harus dia? Dan bukan gw?” tiba-tiba dia berteriak. “Ram,,” kata ku bingung. Heri sendiri masih terkejut. “Terus apa maksud ciuman lo itu? Lu mau mempermainkan gw?” bentaknya sekali lagi. “Bukan gitu maksud gw. Please jangan salah paham!” ucap ku membela diri. Aku mencoba meraih Rama, tapi dia menepis tangan ku. Melihat hal itu membuat Heri tak ingin diam saja. Dia bangkit d

Cowok Cantik Part 14

Cowok Cantik Part 14 Aku Sandi. Cowok cantik yang gk suka dipanggil cantik. Setelah beberapa masalah terjadi karena aku tidak terima dianggap maho, aku pun jatuh cinta sama seorang cowok maho dan ikut menjadi maho. Sayangnya, cinta yang baru mekar itu mungkin akan patah kembangnya. Karena di sana ada nyokap ku yang udah berdiri dengan satu pertanyaan yang amat-sangat sulit. “San, Heri itu siapa?” Aku terdiam. Hanya bisa diam. Aku gk tahu harus jawab apa. Aku takut kalau nyokap ku sudah tahu, tapi aku malah menjawabnya dengan kebohongan. Itu akan membuatnya sangat kecewa. Tapi jika dia belum tahu dan aku menjawab pertanyaannya dengan jujur, aku akan ketahuan. “San?” “Iya, Mah?” jawabku pura-pura bingung. “Heri itu siapa?” “Heri itu temennya abang, Mah.” Ucap seseorang yang bukan aku. “Ooh.. Ini tadi mama mau nyimpen sarapan kamu di sini, terus hapemu bunyi. Mama liat, udah mati aja. Udah gih, kamu ganti baju dulu. Abis itu sarapan. Mama mau ke luar.” Aku mengangguk. Leg

Cowok Cantik Part 13

Cowok Cantik Part 13 Kami berdua berciuman mesra. Hangat dan dalam. Sebuah ritual yang menjadi pernyataan tegas akan perasaan kami. Perasaan saling terikat. Saling mencintai. “Uhm..” aku bergumam setelah kami saling melepaskan ciuman kami. Nafas kami sedikit sulit diatur. Tapi akhirnya kami menjadi tenang. “I Love you, San.” Bisik Heri di dekat wajahku. “I Love you too.” Balas ku memeluknya. Heri membalas pelukan ku. Lama dan hangat. Kami berduaan di sebuah kuburan di dekat sebuah Villa yang ternyata milik orang tua Heri. Ia bersandar pada sebuah pohon sambil memeluk ku dari belakang karena aku juga bersendar padanya. Tangan kanannya sedikit memainkan rambut ku dan tangan kirinya aku mainkan. “Tapi,, gimana sama Rama?” katanya membuatku teringat pada kejadian tadi siang. “Her,,” kata ku pelan. Aku ingin menceritakan kejadian tadi pagi kepadanya. Aku gk mau nyimpan rahasia apapun darinya yang pada akhirnya bikin dia salah paham. “Gk apa-apa kok.” Jawabnya dengan senyuman.

Cowok Cantik Part 12

Cowok Cantik Part 12 Aku sedang memeluknya. Tanpa rasa khawatir, tanpa rasa takut. Entah ini di sebut apa. Perasaan ku padanya, mengalahkan semua beban yang ada dalam pikiranku. Semua beban yang mencoba memberi batas antara aku dengannya. Nyaman. Hangat. Berdetak kencang. Berdebar. Dan menyatu. Itulah yang aku rasakan waktu memeluknya dengan erat. Aku menikmati setiap saatnya. Menikmati detak jantungnya yang dirasakan oleh tanganku. Merasakan desiran aliran darahnya yang memanas. Dan mencoba membiarkan dia ikut merasakan apa yang aku rasakan. Begitu hangat dan gk ingin aku akhiri. Her, kenapa kita bisa begitu dalam? Kenapa cinta ku sama kamu bisa begitu dalam? Padahal seharusnya kita berdua gk boleh memiliki perasaan ini. Tapi kenapa aku pengen selalu bisa meluk kamu kayak gini. Pengen selalu di dekat kamu kayak gini. Aku pengen kita berdua selamanya seperti ini. Tanpa campur tangan dunia. Tanpa campur tangan waktu. Tanpa campur tangan akal sehat. Tanpa campur tangan kenyataan.

Cowok Cantik Part 11

Cowok Cantik Part 11 "Maaf, Ma?" ucap ku pelan. "Shh.. Mama yang harusnya minta maaf." Aku memeluk nyokap ku erat sebagai bukti penyesalan ku. I’m so sorry, Mom! "Gk usah minta maaf, Mah. Aku juga gk akan minta maaf lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Yang sekarang, kita jalani aja apa adanya. Sandi janji, gk akan bikin mama kecewa. Gk akan nyakitin mama lagi. Gk akan bikin mama khawatir lagi." Aku berjanji banyak hal untuk menghibur nyokap. Tapi itu bukan berarti aku gk serius. Aku serius. Rasanya senang banget bisa meluk nyokap lagi. "Apa maksud kamu gk bakal kecewain mama? Jangan bilang kamu mau pacaran sama cowok cuma demi mama, gk!" sergah nyokap serius. Dia benar-benar marah. Aku sempat bingung kenapa nyokap bisa berubah pikiran kayak gini. "Mama gk akan maafin kamu dan diri mama sendiri kalau kamu sampai pacaran sama cowok." lanjutnya membuat ku semakin takut menceritakan kebenaran yang aku alami sekarang. Kebenaran bahwa